Jika Ini Ramadhan Terakhir


Yaa Allah...ya rahman yaa rahim. engkaulah zat yang maha pengasih lagi maha penyayang, engkau yang memberikan karunia berupa nikmat iman dan nikmat islam...

Pada hari ini kami berkumpul bersama dalam satu lantunan doa, membangun semangat bersama untuk menjadi hambamu yang lebih bertakwa…

Yaa Allah engkau telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menikmati indahnya ramadhan, bulan yang penuh ampunan dan bulan pendidikan karakter moral bagi kami… kami tahu bahwa untuk mendapatkan ridhomu kami harus lulus dari segala ujian, termasuk ujian dalam bulan ramadhan kali ini…

Yaa allah yaa rab, andai ini ramadhan terakhir kami...

Satu doa yang kami panjatkan, kami hanya meminta diberikan kekuatan dan kesabaran.

Kami tak meminta untuk diringankan beban dalam mengarungi luasnya kehidupan karena kami tahu bahwa beban kami tak seberat orang2 terdahulu, yang mengorbankan jiwa, harta dan raga. Karena engkau tak mungkin memikulkan beban suatu kaum dengan beban yang tak mampu kaum itu emban,...

Maka tambahkanlah kekuatan, kuatkanlah kaki kami untuk bisa melangkah menuju jalan kebaikan…

Kuatkanlah tangan kami untuk bisa lebih ringan dalam mengeluarkan infaq, membantu orang yang lebih membutuhkan atas karunia dan rezeki yang telah engkau titipkan kepada kami…

Kuatkanlah hati kami supaya lebih mudah menerima suara kebenaran,…

Berikan kami kesabaran dijalanmu, kami tahu bahwa untuk istiqomah dijalanmu itu tidak mudah penuh dengan hambatan dan rintangan…

Jadikan kami seperti orang-orang terdahulu, yang memiliki kesabaran meniti setapak demi setapak mencapai surgamu,..

Kami sadar bahwa untuk mendapatkan indahnya kilauan mutiara, kerang harus menahan sakitnya ditempa pasir yang melukai tubuhnya…dan kami tahu untuk menghasilkan pedang yang tajam, sebuah besi harus ditempa ratusan bahkan ribuan kali tempaan…

Maka Maafkan kami yang merasa kehidupan ini sudah terlalu berat untuk dijalani hingga tak mampu kami memikulnya,...maafkan kami atas segala kemanjaan kami, maafkan kami dari hawa nafsu yang tak mampu kami bendung, maafkan kami yang masih suka mengeluh, maafkan kami yang kurang sabar dalam berjuang....

Allahumma arinal haqqo haqqo warzuknatibaah wa arinal batila batila warzuknat tinabah...

Yaa allah tunjukilah kami yang benar itu benar dan berikan kami kekuatan untuk mengikutinya, dan tunjukillah kami yang bathil itu bathil dan berikan kami untuk menghindarinya...

Rabbana Atina fiddhunya khasanah, wa fil akhiroti khasanah…

Subhana rabbika rabbil izzati ‘amma yaa syifun wassalamun ‘alalmursalin, walhamdulillahi rabbil ‘alamin..

Islam dan Perkembangan Ilmu Astronomi


Mungkin, Astronomi merupakan ilmu alam tertua di dunia. Sebelum manusia mengadakan kajian secara sistematis tentang benda-benda langit, mereka menjulurkan leher menanarkan pandangan ke atas. Mengamati gerakan aneh beberapa titik terang cahaya dan keheningan lainnya. Sejak dulu, peradaban di seluruh dunia telah memasukkan kajian astronomi ke seluruh aktivitas mereka. Mulai dari arsitektur hingga cara mereka bercerita. Hingga ilmu ini mencapai puncaknya diperkirakan di masa Renaissance. Pencapaian yang telah dirintis sejak seribu tahun sebelumnya di wilayah Timur.

Sekitar abad ke-6, Eropa berada di sebuah era yang dikenal dengan Abad Kegelapan. Periode ini dimulai dari 500 M hingga abad ke-13. Saat itu, di benua biru itu terjadi intimidasi dan penindasan terhadap pemikiran intelektual dan para ilmuan. Hal ini merata di seluruh Eropa. Dan masyhur sebagai konflik ilmuan dengan agamawan gereja. Para ilmuan dianggap memiliki pandangan yang menentang keagamaan gereja. Di masa ini, karya tulis menjadi langka. Penelitian pun sesuatu yang hampir tidak mungkin terjadi.

Sementara Eropa berada dalam koma intelektual, kerajaan Islam yang membentang dari Spanyol, Mesir, hingga China, memasuki era “Golden Age”. Astronomi adalah salah satu cabang sain yang digemari oleh ilmuan Islam, khususnya di Irak dan Iran. Hingga tahun 800 M, satu-satunya buku astronomi adalah Ptolemy Almagest yang ditulis sekitar tahun 100 Masehi di Yunani. Dunia akademik moden masih menggunakan teks berharga ini sebagai acuan utama astronomi kuno. Ilmuan muslim menunggu 700 tahun agar teks Yunani yang fundamental ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Setelah itu, barulah mereka berusaha memahami isinya.

Para astronom seperti Ibn Yunus dari Mesir menemukan kesalahan dalam perhitungan Ptolemy tentang pergerakan planet-planet dan eksentrisitasnya yaitu perubahan bentuk dari orbit imajiner planet-planet yang mengelilingi matahari. Ptolemy berusaha mencari penjelasan bagaimana benda-benda ini mengorbit di angkasa. Termasuk bagaimana gerakan bumi dalam kajian ini. Ptolemy menghitung bahwa gerakan bumi bervariasi 1 derajat setiap 100 tahun.

Kemudian, astronom Ibn Yunus menemukan bahwa Ptolemy keliru, yang benar adalah 1 derajat setiap 70 tahun. Namun, mereka tidak tahu bahwa perubahan itu disebabkan oleh gerakan bumi. Karena di abad ke-10, orang-orang masih meyakini bahwa bumi adalah pusat alam semesta. Penemuan Ibn Yunus dan lain-lain seperti Ibn al-Shatir mengubah cara pandang dunia astronomi di masa berikutnya. Sampai akhirnya Copernicus merumuskan teori heliosentris pada abad ke-16. Sebuah teori yang dibangun di berdasarkan kerangka pemikiran ilmuan muslim.



Astronomi butuh akan matematika, yang juga merupakan cabang keilmuan yang dibesarkan oleh ilmuan Islam. Ilmuan Islam membidani ilmu spherical trigonometry dan aljabar, dua cabang ilmu matematika dasar yang memiliki presisi yang istimewa dalam menghitung bintang. Jamil Ragep, profesor studi Islam di Universitas McGill mengatakan tentang Astronomi, “Ada begitu banyak kontribusi selama lebih dari seribu tahun, rasanya tidak mungkin untuk menyatakan hanya beberapa.”

Pada abad ke-8 di bawah Khalifah al-Makmun (pencetus khalqul Quran), observatorium pertama dibangun di Baghdad dan observatorium berikutnya dibangun di sekitar Irak dan Iran. Pada saat itu belum ada teknlogi teleskop. Para astronom kala itu mencepitakan observasional sextants. Beberapa dari obsevatorium ini ada yang memiliki luas 40 meter. Dan fungsiny yang terpenting adalah suapa ilmuan bisa mempelajari sudut matahari, pergerakan bintang-bintang, dan pemahaman tentang planet yang mengorbit.

Sekitar tahun 964, setelah semakin banyak pengamatan berlangsung, seorang astronom Iran yang paling terkenal Abdurrahman al-Sufi menerbitkan buku The Book of Fixed Stars. Buku ini merupakan salah satu karya yang paling komprehensif tentang rasi bintang di langit. Abdurrahman al-Sufi juga merupakan astronom pertama yang mengamati galaksi Andromeda dan Large Magellanic Cloud. Penelitian ini murni dilakukan dengan mata telanjang karena teleskop belum diciptakan. Tentu saja saat itu Abdurrahman tidak tahu kalau itu adalah galaksi. Dalam catatannya, ia menyebut milky way sebagai “awan”. Karya ini kemudian terbukti sangat berguna untuk seorang astronom Denmark yang terkenal, Tycho Brahe.

Kemudian pada abad ke-13, ilmuwan dari dunia timur dan filsuf Syiah Nasiruddin al-Tusi mengeluarkan teori Tusi Couple. Asad Ahmed, profesor studi Islam dan sejarah ilmu pengetahuan di UC Berkeley menjelaskan, “Tujuan dari pasangan ini adalah untuk menjelaskan gerakan linear benda-benda langit tertentu dengan jelas berdasarkan gerakan melingkar.” Tapi seperti yang kita tahu sekarang, gerakan di langit terjadi terus menerus dan tidak stasioner. Ptolemy kesulitan dalam menjelaskan fenomena ini, sehingga Tusi Couple mampu menunjukkan gerak linear keluar dari arah berlawanan dengan menempatkan benda berlingkaran kecil di dalam lingkaran yang lebih besar. Di kemudian hari, Tusi Couple menjadi bagian penting untuk memahami Teori Copernicus.

Salah satu astronom Islam yang paling terkenal dan pemikir ilmiah, Ibnu al-Haytham, dikenal sebagai “bapak optik” karena ia adalah orang pertama yang memecahkan kode tentang bagaimana kita melihat cahaya. Dia menjelaskan bahwa cahaya berjalan dengan garis lurus menuju mata kita dan tidak keluar. Selama ratusan tahun, orang-orang seperti Ptolemy meyakini bahwa mata kitalah yang memancarkan cahaya, seperti senter interior. Karya Ibnu al-Haytam berhasil mengembangkan kamera obscura dan akhirnya membantu dalam pengembangan teleskop.

Mungkin kontribusi paling signifikan Ibnu al-Haytham yang ia berikan kepada dunia adalah metodologi dalam melakukan eksperimen secara berulang kali untuk menguji sebuah teori. Metode ini kemudian dikenal sebagai metode ilmiah yang menjadi basic bagi sain modern yang kita kenal sekarang ini. Dia mencatat dalam penelitiannya bahwa, “Tugas seorang yang meneliti tulisan-tulisan para ilmuwan adalah  tujuannya mempelajari kebenaran. Atau, jika tidak demikian ia memposisikan diri sebagai pembantah dari semua yang ia baca. Kemudian ia membuat bantahan terhadap tulisan itu dari segala sisi. Dia juga harus kritis terhadap dirinya sebagaimana ia kritis ketika meneliti teks-teks tersebut. Sehingga ia dapat terhindar dari jatuh dalam salah prasangka.”

Sepanjang waktu ini, dari awal era Golden Age hingga awal Renaissance, banyak universitas, madrasah atau sekolah yang sedang dibangun di wilayah kerajaan Islam. Pada tahun 859 M, universitas pertama dibangun di Fez, Maroko. Universitas ini dibangun dan mulai dikembangkan oleh Fatima al-Fihri, putri seorang pedagang kaya. Ulama dari seluruh dunia termasuk para ilmuwan Kristen dan Yahudi belajar astronomi di sana. Demikian juga dengan cabang ilmu matematika dan filsafat.

Banyak sekolah dan masjid di masa ini dikelola dan di-manage oleh wanita muslimah. Para muslimah ini adalah wanita yang terdidik. Mereka telah mengenal aljabar, bentuk matematika juga disempurnakan oleh kaum muslimin. Salah satu alat astronomi yang paling terkenal disebut Astrolabe. Sebuah alat yang diciptakan oleh pemikir Yunani, Hipparkhos. Kemudian alat ini disempurnakan oleh ilmuwan Islam, khususnya kalangan perempuan. Mariam al-Astrulabi adalah seorang wanita Suriah pembuat astrolabe. Ia hidup di abad ke-10. Mariam dikenal karena ia mampu menyempurnakan seni membuat instrumen ini. Dihitung dari ketinggian benda langit di langit. Untuk menghormatinya, pada tahun 1990, astronom Henry E. Holt memberi nama sebuah asteroid belt dengan namanya.



Ini hanya contoh dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh para astronom, filsuf, dan ilmuwan Muslim selama ribuan tahun. Dan studi astronomi di negara-negara Islam ini tidak berarti telah mencapai final. Terakhir, para ilmuwan tahun Qatar di Qatar Exoplanet Survey mengumumkan penemuan mereka tentang tiga exoplanets baru mengorbit di sekitar bintang-bintang.

Cahaya bintang memiliki sejarahnya sendiri; sejarah dari puluhan ribu tahun. Terjadilah beberapa penemuan astronomi yang memiliki sejarah dan kisahnya masing-masing. Hingga perjalanan cahaya benda-benda langit dari ruang angkasa, mencapai mata dan cermin teleskop kita pada hari ini. Ribuan tahun kemudian, sekitar 200 bintang menyandang nama astronom Arab. Menunjukkan mereka memiliki dan membuat kontribusi yang signifikan di cabang ilmu ini. Pada permukaan bulan ada dua puluh empat kawah dinamai dengan nama astronom muslim. Mereka telah membuka jalan bagi ilmu pengetahuan modern dan astronomi.

Mempelajari kosmos adalah sesuatu yang lebih berkesan dan memberi sumbangsi dalam dibanding hanya memandang. Jika Anda pernah menatap sabuk Orion atau Alcor dan Mizar, rasi bintang (Big Dipper), maka Anda sudah mendapatkan sekilas dari warisan yang diciptakan oleh ilmuwan muslim di seluruh dunia.

Diterkemahkan dari: http://www.astronomy.com/news/2017/02/muslim-contributions-to-astronomy

Sumber                    : http//www.kisahmuslim.com

Siapa dr. Zakir Naik Sebenarnya???


Belakangan ini nama Zakir Naik menjadi perbincangan hangat dikalangan umat muslim Indonesia, mengapa? Pasalnya beliau tengah melakukan safari ke beberapa daerah di Indonesia untuk melakukan syiar islam. Beliau adalah seorang alim ulama internasional yang memang focus membahas perbandingan agama, dan telah berhasil mengislamkan ribuan orang di seluruh dunia melalui dakwahnya.

Bagi para pemirsa youtube tentu sudah tak asing lagi bagi sosok beliau. Banyak ceramah-ceramah beliau yang dijadikan referensi untuk mengetahui ajaran islam bagi orang-orang islam maupun orang non-islam yang ingin melakukan perbandingan antara islam dengan agama yang tengah dianutnya.

Berikut profil singkat Ulama kenamaan ini yang berhasil penulis rangkum dari berbagai sumber.

Zakir Naik lahir pada tanggal 18 Oktober 1965 di Mumbai (Bombay pada waktu itu), India dan merupakan keturunan Konkani. Ia bersekolah di St. Peter's High School (ICSE) di kota Mumbai. Kemudian bergabung dengan Kishinchand Chellaram College dan mempelajari kesehatan di Topiwala National Medical College and Nair Hospital di Mumbai. Ia kemudian menerima gelar MBBS-nya di University of Mumbai. Tahun 1991 ia berhenti bekerja sebagai dokter medis dan beralih di bidang dakwah atau proselitisme Islam.

Naik mengatakan ia terinspirasi oleh Ahmed Deedat yang telah aktif di bidang dakwah selama lebih dari 40 tahun. Menurut Naik, tujuannya adalah "berkonsentrasi pada remaja Muslim berpendidikan yang mulai meragukan agamanya sendiri dan merasa agamanya telah kuno" dan adalah tugas setiap Muslim untuk menghilangkan kesalahpahaman tentang Islam untuk melawan apa yang ia anggap sebagai bias anti-Islam oleh media Barat setelah serangan 11 September 2001 terhadap Amerika Serikat. Ia telah berceramah dan menulis sejumlah buku tentang Islam dan perbandingan agama juga hal-hal yang ditujukan untuk menghapus keraguan tentang Islam. Sejumlah artikelnya juga sering diterbitkan di majalah India seperti Islamic Voice.

Zakir Naik adalah pendiri dan presiden Islamic Research Foundation (IRF), sebuah organisasi nirlaba Islam yang khusus dalam penelitian Islam dan Perbandingan agama yang juga memiliki dan menyiarkan jaringan saluran TV gratis Peace TV dari Mumbai, India.


Beberapa Prestasi dr. Zakir Naik ;
1. Peringkat 82 dalam daftar "100 Orang India Paling berpengaruh yang diterbitkan oleh Indian Express pada tahun 2009 dan peringkat 89 tahun 2010”.

2. Peringkat 3 di "10 Besar Guru Spiritual dari India pada tahun 2009"

3. Peringkat 70 daftar teratas dari "500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia" yang diterbitkan setiap tahun oleh Georgetown University, Amerika Serikat

4. Penjaga Dua Masjid Suci Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud memeberikan penghargaan bergengsi ‘King Faisal International Prize’ – 2015 untuk ‘Layanan Islam’ Dr Zakir Naik pada 1 Maret 2015 di Riyadh. hadiah ini adalah hadiah paling bergengsi di dunia Muslim, mirip dengan Hadiah Nobel. Hadiah terdiri dari sertifikat yang menunjukkan prestasi Dr Zakir ini, 200-gram medali emas 24-karat dan 750.000 riyal Saudi (US $ 200.000). Seluruh hadiah uang disumbangkan oleh Dr Zakir Naik ke Waqf of Peace TV Network.

5. Syekh Dr. Sultan bin Mohammed Al Qasimi, Penguasa Sharjah, memberikan kepada Dr Zakir Naik ‘Sharjah Award untuk Kerja Sukarela’ pada tahun 2013, untuk layanan sukarela kepada Islam pada skala internasional, pada 16 Januari 2014.

6. Dr Yahya Jammeh, Presiden Republik Gambia memberi Dr Zakir Naik lencana penghargaan nasional tertinggi dari Komandan Nasional Republik Gambia di Gambia pada tanggal 15 Oktober 2014. Dia juga menerima Doktor Kehormatan – ‘Doctor of Humane Letters’ (Honoris Causa) – oleh Wakil Rektor Universitas Gambia, sebagai pengakuan atas kontribusinya yang luar biasa dan penyebaran pengetahuan dalam mempromosikan penelitian dan pelayanan masyarakat internasional.

7. Shaikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Wakil Presiden & Perdana Menteri UAE dan Penguasa Dubai, menganugerahkan ‘Islamic Personality of 2013’ pada ajang penghargaan bergengsi Dubai International Alquran Award pada 29 Juli 2013, untuk melakukan pelayanan luar biasa kepada Islam dan umat Islam pada tingkat global di Media, Pendidikan dan Filantropi. Dia menerima hadiah dari UEA 1 juta Dirham (US $ 272.000) yang ia disumbangkan untuk memulai Wakaf (endowment) dana untuk Peace TV Network. Dr Zakir saat itu berusia 47 tahun merupakan penerima penghargaan termuda.

8. Yang Mulia Tuanku Abdul Halim Mu’adzam Shah, Raja Malaysia, menganugerakan kepada Dr Zakir Naik penghargaan tertinggi dari Malaysia yang ‘Tokoh Ma’al Hijrah Distinguished International Personality Award for the Year 2013’ untuk layanan dan kontribusi yang signifikan pada perkembangan Islam pada tanggal 5 November 2013. Dr Zakir adalah sebuah plakat yang ditandatangani oleh Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Mohd. Najib Razak.

9.  Syekh  Ahmed Deedat pada bulan Mei Tahun 2000 berupa plakat dengan keterangan “Diberikan kepada Dr Zakir Abdul Karim Naik atas prestasinya di bidang dakwah dan studi Perbandingan Agama.” Syekh Ahmed Deedat sendiri jauh sebelumnya telah memuji Dr Zkir Naik dengan menyebutnya sebagai “Deedat Plus” di tahun 1994. Deedat mengganggap bahwa dakwah yang telah ia lakukan dalam waktu puluhan tahun dapat dikerjakan Naik hanya dalam waktu singkat.

10. Berhasil Mengislamkan Orang non-Muslim pada ceramah-ceramah yang beliau selenggarakan, jumlahnya mungkin sudah ribuan orang yang masuk islam melalui perantara beliau. Dan hebatnya lagi ketika beliau mengadakan safarai dakwah ke berbagai tempat dan Negara semua dari hasil uang pribadi beliau alias beliau tidak mau untuk dibayar.

Sekian Info tentang dr. Zakir Naik, mudah-mudahan kita bisa mengambil pelajaran dari kisah dan perjuangan beliau. Kuy yang dibekasi ikutan kajiannya mumpung belum kehabisan.
Wassalam

Penulis        : Lazuardi Ardhany
Sumber        : Wikipedia.com

Salah Kaprah Pemaknaan Jihad


Dewasa ini seringkali orang tua lebih memberikan ijin kepada anaknya untuk nonton konser dibandingkan mengikuti kajian islam. Alasannya simple, mereka takut kalau anaknya menjadi orang yang paham agama kemudian menjadi seorang teroris atau ekstrimis seperti halnya pemberitaan di media. Sebuah ironi yang tengah menjadi masalah bersama. Nampaknya orang tua lebih suka jika anaknya menjadi seorang hedonis dibanding menjadi seorang alim dalam agama, nongkrong menghabiskan waktu tak apa tetapi untuk mengkaji Al-Qur’an jadi nestapa.

Ketika ditelisik lebih mendalam lagi agaknya ada sebuah pemikiran yang salah karena pengaruh media. Orang yang belajar agama dan mencoba mengamalkannya disangka seorang ekstrimis, dengan dalih sedang berjihad. Jihad sendiri mereka maknai sebagai peperangan melawan kaum kafir. Padahal kalau kita tengok lagi kata jihad secara bahasa berarti berusaha dengan sungguh-sungguh. Sedangkan yang dimaksud dengan berperang melawan kaum kafir dalam Al-Qur’an dinamakan dengan “Qital”. Perbedaan ini seringkali tidak dilihat oleh kaum orientalis atau musuh islam dengan modus untuk membuat umat islam takut untuk menegakkan agamanya, bahkan tidak percaya diri dengan ajaran agamanya. Karena takut di cap sebagai seorang ekstrimis.

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (QS. Ash-Shaf : 10-11)

Dalam ayat tersebut jelas bahwa jihad itu bukan hanya sebatas mengorbankan jiwa saja melainkan bisa dengan mengorbankan harta benda. Ketika seorang muslim pemahamannya salah akan membentuk sikap yang salah, sehingga nilai keislaman tidak merasuk kedalam jiwa pemiliknya.

Jika jihad pada zaman rasulullah dengan menggunakan pedang, maka jihad abad ke-21 dengan pemikiran dan kekuasaan. Mengapa? Karena bukan zamannya lagi penaklukan menggunakan pedang, melainkan penaklukan dengan keindahan lisan dan pemikiran. Seorang mubaligh yang pandai berdialektika dan berorasi lebih bisa meraih simpati daripada seorang jenderal perang penguasa ribuan tentara. Si ahli orasi lebih ditakuti dibandingkan si ahli strategi perang berbadan kekar lagi tinggi, karena islam datang dengan damai, Al-Quran menuntut kemuliaan akal budi dalam memahaminya.

Hal ini sekaligus menjadi bukti mukjizat Al-Quran dalam memberikan bukti keagungannya hingga akhir zaman. Mukjizat nabi Sholeh dengan untanya hilang bersama umatnya yang membangkang, Nabi Nuh dengan bahteranya hilang seiring berjalannya waktu, Laut merah yang terbelah menjadi mukjizat nabi Musa tak bisa lagi terulang setelah tenggelamnya Firaun dan para pengikutnya. Sedangkan Al-Quran hingga detik ini tetap eksis sebagai mukjizat dan tidak ada seorangpun mampu membuat satu ayat yang menyamai keagungannya. Karena Al-Qur’an adalah kitab ilmu pengetahuan baik agama maupun ilmu modern abad 21.

Kembali ke makna jihad, seorang muslim wajib hukumnya berjihad apapun latar belakang profesinya. Seorang penulis berjihad dengan mata penanya untuk menyebarkan tulisan inspiratif, seorang dokter berjihad dengan kepandaiannya menyembuhkan pasien, seorang pengusaha berjihad dengan hartanya untuk menyelesaikan masalah umat, maupun seorang mubaligh berjihad dengan kefasihannya dalam agama untuk menyadarkan umat.

Konon ada sebuah percakapan imajinatif antara malaikat Ridwan dengan orang-orang yang akan masuk surga. Mereka berebutan untuk memasuki surga terlebih dahulu, diantaranya ada seorang penulis, seorang dokter, seorang mubaligh dan seorang pengusaha. Diantara mereka, siapakah orang yang terlebih dahulu masuk kedalam surga?

Malaikat Ridwan menanyai satu persatu diantara mereka, datanglah kesempatan malaikat bertanya kepada seorang penulis. “Hai penulis, apa gerangan yang menyebabkan aku memberikan kesempatan kepadamu untuk memasuki surga terlebih dahulu?”

“Aku ketika didunia adalah orang yang sering menulis artikel inspiratif kepada pembaca, dengan harapan mereka bisa tersadar dan kembali kejalan Allah melalui perantara tulisanku. Maka perkenankan saya memasuki surga terlebih dahulu malaikat Ridwan.” Jawab si Penulis.

“Tunggu, engkau tak boleh masuk sebelum aku selesai menanyai semua orang yang ada didepanku.” Malaikat menjawab dengan nada sedikit tinggi.

“Bagaimana dengan engkau Si Dokter? Apa hal yang menyebabkan aku memberikan kesempatan kepadamu untuk memasuki surga terlebih dahulu?” Tanya malaikat Ridwan penasaran.

“Aku adalah seorang dokter yang tidak pernah melihat siapa pasien yang datang kepadaku, baik dia miskin maupun kaya aku memberikan pelayanan terbaikku, aku tak mengharapkan kekayaan dari profesiku karena aku hanya ingin keridhoan Allah semata. Bahkan jika ia seorang miskin lagi fakir maka tak ku pungut biaya sepersenpun demi kesembuhannya.” Pungkas si Dokter.

Belum selesei kekaguman malaikat kepada si dokter, malaikatpun bertanya kepada si Mubaligh. “Hai mubaligh, engkau seorang yang alim lagi fasih dalam bertutur kata. Apa hal yang menyebabkan aku memberikan kesempatan kepadamu untuk memasuki surga terlebih dahulu?”

Dengan fasih si Mubaligh menjawab , “Aku di dunia senantiasa mengajarkan kebaikan, memberikan pembelajaran kepada murid-murid yang datang kepadaku tanpa mengharapkan imbalan. Dan Alhamdulillah sudah ada ratusan orang yang kembali ke jalan Allah melalui perantara lisanku.”

“Sedangkan engkau Si Pengusaha, apa hal yang menyebabkan aku memberikan kesempatan kepadamu untuk memasuki surga terlebih dahulu?”

Dengan nada yang santun Si Pengusaha menjawab, “Aku adalah orang yang jujur dalam berdagang, tidak mengambil praktik riba karena takut akan ancaman Allah. Dengan harta yang kumiliki, aku telah membangun percetakan untuk menerbitkan buku-buku inspiratif, dengan hartaku aku membangun rumah sakit yang megah untuk kalangan miskin, dan aku juga membangun Pondok pesantren sebagai tempat belajar bagi santri-santri yang akan menjadi lentera ditengah masyarakat yang rusak.”

Dengan wajah tersenyum, malaikat membukakan pintu Surga kepada Si Pengusaha. Dia lebih dahulu dimasukkan kedalam surga dibandingkan dengan yang lain lantaran amalannya.

Dari cerita diatas bisa kita lihat, bahwa kualitas amalan jauh lebih penting dibandingkan latar belakang profesi seseorang. Seorang pengusaha bisa jadi lebih ber-jihad dibandingkan seorang mubaligh yang tiap hari berceramah. Karena dengan hartanya, si Pengusaha lebih banyak memberikan manfaat terhadap perbaikan lingkungannya. Ia tak segan dalam mengeluarkan hartanya demi kepentingan islam, seperti halnya kisah Sumur Raumah milik Utsman bin Affan yang memberikan manfaat hingga hari ini.

Wallahu’alam bishowab.


Penulis        : Lazuardi Ardhany



Belajar Dari Duta Islam Pertama, Mush’ab Bin Umair


Banyaknya pemuda islam yang mulai meninggalkan ajaran islam karena tidak ada lagi kebanggan terhadap agamanya adalah sebuah bencana yang berakibat menghancurkan islam pada sendi-sendi pokoknya.


Mereka yang lupa akan nilai-nilai keislaman akan semakin tergerus dengan nilai hedonis dan liberlisme yang semakin hari semakin kuat ditengah-tengah kita. Ukuran kesuksesan seseorang akan ditentukan oleh banyaknya mobil, seberapa tinggi sebuah jabatan maupun prestasi akademis semata.

Standart seseorang dikatakan bahagia adalah mereka yang tiap bulan bisa gonta – ganti gadget terbaru, maupun mereka yang memiliki pasangan cantik maupun tampan. Seolah-olah dunia hanya melulu berbicara kesenangan fisik yang tampak oleh mata. Padahal ada sebuah kebahagiaan non-fisik yang akan memberikan kesenangan sejati bagi pemiliknya, yaitu kebahagiaan iman yang terpatri dalam sanubari.

Untuk semakin meningkatkan keimanan pemuda pada zaman sekarang, perlu kiranya kita banyak membaca kesuksesan para pemuda-pemuda dizaman nabi Muhammad SAW untuk menambah khazanah wawasan keislaman kita sekaligus meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT. Salah satunya adalah dengan membaca sebuah kisah epic dalam permulaan sejarah islam yaitu seorang pemuda bernama Mush’ab bin Umair.
Mush'ab bin Umair salah seorang diantara para sahabat Nabi. Ia seorang remaja Quraisy terkemuka, gagah dan tampan, penuh dengan jiwa dan semangat kemudaan.  Para ahli sejarah melukiskan semangat kemudaannya dengan kalimat: "Seorang warga kota Makkah yang mempunyai nama paling harum."

Mush'ab lahir dan dibesarkan dalam kesenangan, dan tumbuh dalam lingkungannya. Mungkin tak seorang pun di antara anak-anak muda Makkah yang beruntung dimanjakan oleh kedua orang tuanya sebagaimana yang dialami Mush'ab bin Umair.

Mungkinkah kiranya anak muda yang serba kecukupan, biasa hidup mewah dan manja, menjadi buah-bibir gadis-gadis Makkah dan menjadi bintang di tempat-tempat pertemuan, akan meningkat menjadi tamsil dalam semangat kepahlawanan?

Suatu hari, anak muda ini mendengar berita yang telah tersebar luas di kalangan warga Makkah mengenai Muhammad Al-Amin, yang mengatakan dirinya telah diutus Allah sebagai pembawa berita suka maupun duka, sebagai dai yang mengajak umat beribadah kepada Allah Yang Maha Esa.

Di antara berita yang didengarnya ialah bahwa Rasulullah bersama pengikutnya biasa mengadakan pertemuan di suatu tempat yang terhindar jauh dari gangguan gerombolan Quraisy dan ancaman-ancamannya, yaitu di bukit Shafa di rumah Arqam bin Abil Arqam.

Maka pada suatu senja, didorong oleh kerinduannya, pergilah ia ke rumah Arqam menyertai rombongan itu. Di tempat itu Rasulullah SAW sering berkumpul dengan para sahabatnya, mengajarkan mereka ayat-ayat Alquran dan mengajak mereka beribadah kepada Allah Yang Maha Akbar.

Baru saja Mush'ab mengambil tempat duduknya, ayat-ayat Alqur'an mulai mengalir dari kalbu Rasulullah bergema melalui kedua bibirnya dan sampai ke telinga, meresap di hati para pendengar. Di senja itu Mush'ab pun terpesona oleh untaian kalimat Rasulullah yang tepat menemui sasaran di kalbunya.

Khunas binti Malik yakni ibunda Mush'ab, adalah seorang yang berkepribadian kuat dan pendiriannya tak dapat ditawar atau diganggu gugat, Ia wanita yang disegani bahkan ditakuti. Ketika Mush'ab memeluk Islam, tiada satu kekuatan pun yang ditakuti dan dikhawatirkannya selain ibunya sendiri.

Bahkan walau seluruh penduduk Makkah beserta berhala-berhala para pembesar dan padang pasirnya berubah rupa menjadi suatu kekuatan yang menakutkan yang hendak menyerang dan menghancurkannya, tentulah Mush'ab akan menganggapnya enteng. Tapi tantangan dari ibunya, bagi Mush'ab tidak dapat dianggap kecil. Ia pun segera berpikir keras dan mengambil keputusan untuk menyembunyikan keislamannya sampai terjadi sesuatu yang dikehendaki Allah.

Demikianlah ia senantiasa bolak-balik ke rumah Arqam menghadiri majelis Rasulullah, sedang hatinya merasa bahagia dengan keimanan dan sedia menebusnya dengan amarah murka ibunya yang belum mengetahui berita keislamannya.
Tetapi di kota Makkah tiada rahasia yang tersembunyi, apalagi dalam suasana seperti itu. Mata kaum Quraisy berkeliaran di mana-mana mengikuti setiap langkah dan menyelusuri setiap jejak. Kebetulan seorang yang bernama Utsman bin Thalhah melihat Mush'ab memasuki rumah Arqam secara sembunyi. Kemudian pada hari yang lain dilihatnya pula ia shalat seperti Muhammad SAW. Secepat kilat ia mendapatkan ibu Mush'ab dan melaporkan berita yang dijamin kebenarannya.

Berdirilah Mush'ab di hadapan ibu dan keluarganya serta para pembesar Makkah yang berkumpul di rumahnya. Dengan hati yang yakin dan pasti dibacakannya ayat-ayat Alquran yang disampaikan Rasulullah untuk mencuci hati nurani mereka, mengisinya dengan hikmah dan kemuliaan, kejujuran dan ketakwaan.

Ketika sang ibu hendak membungkam mulut putranya dengan tamparan keras, tiba-tiba tangan yang terulur bagai anak panah itu surut dan jatuh terkulai, ketika melihat cahaya yang membuat wajah putranya berseri cemerlang itu kian berwibawa. Karena rasa keibuannya, ibunda Mush'ab tak jadi menyakiti putranya. Dibawalah puteranya itu ke suatu tempat terpencil di rumahnya, lalu dikurung dan dipenjarakannya dengan rapat.

Demikianlah beberapa lama Mush'ab tinggal dalam kurungan sampai saat beberapa orang Muslimin hijrah ke Habasyah. Mendengar berita hijrah ini Mush'ab pun mencari muslihat, dan berhasil mengelabui ibu dan penjaga-penjaganya, lalu pergi ke Habasyah melindungkan diri. Ia tinggal di sana bersama saudara-saudaranya kaum Muslimin, lalu pulang ke Makkah. Kemudian ia pergi lagi hijrah kedua kalinya bersama para sahabat atas titah Rasulullah dan karena taat kepadanya.

Pada Suatu hari ia tampil di hadapan beberapa orang Muslimin yang sedang duduk sekeliling Rasulullah SAW. Demi memandang Mush'ab, mereka menundukkan kepala dan memejamkan mata, sementara beberapa orang matanya basah karena duka. Mereka melihat Mush'ab memakai jubah usang yang bertambal-tambal, padahal belum lagi hilang dari ingatan mereka—pakaiannya sebelum masuk Islam—tak ubahnya bagaikan kembang di taman, berwarna-warni dan menghamburkan bau yang wangi.

Adapun Rasulullah, menatapnya dengan pandangan penuh arti, disertai cinta kasih dan syukur dalam hati. Pada kedua bibirnya tersungging senyuman mulia, seraya berkata, "Dahulu aku lihat Mush'ab ini tak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya, kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya."

Suatu saat Mush'ab dipilih Rasulullah untuk melakukan suatu tugas maha penting saat itu. Ia menjadi duta atau utusan Rasul ke Madinah untuk mengajarkan agama Islam kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan berbaiat kepada Rasulullah di bukit Aqabah. Di samping itu, ia juga mempersiapkan kota Madinah untuk menyambut hijrah Rasulullah sebagai peristiwa besar.

Sebenarnya, di kalangan sahabat ketika itu masih banyak yang lebih tua, lebih berpengaruh dan lebih dekat hubungan kekeluargaannya dengan Rasulullah daripada Mush'ab. Tetapi Rasulullah menjatuhkan pilihannya kepada Mush'ab. Dan bukan tidak menyadari sepenuhnya bahwa beliau telah memikulkan tugas amat penting ke atas pundak pemuda itu dan menyerahkan kepadanya tanggung jawab nasib Agama Islam di kota Madinah.

Mush'ab memikul amant itu dengan bekal karunia Allah kepadanya, berupa pikiran yang cerdas dan budi yang luhur. Dengan sifat zuhud, kejujuran dan kesungguhan hati, ia berhasil melunakkan dan menawan hati penduduk Madinah hingga mereka berduyun-duyun masuk Islam. Ketika tiba di Madinah pertama kali, ia mendapati kaum Muslimin tidak lebih dari dua belas orang, yakni hanya orang-orang yang telah baiat di bukit Aqabah. Namun beberapa bulan kemudian, meningkatlah jumlah orang-orang yang memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya.

Mush'ab memahami tugas dengan sepenuhnya, hingga tak terlanjur melampaui batas yang telah diterapkan. Ia sadar bahwa tugasnya adalah menyeru kepada Allah, menyampaikan berita gembira lahirnya suatu agama yang mengajak manusia mencapai hidayah Allah, membimbing mereka ke jalan yang lurus. Akhlaknya mengikuti pola hidup Rasulullah SAW yang diimaninya yang mengemban kewajiban hanya menyampaikan belaka. Demikianlah duta Rasulullah yang pertama itu telah mencapai hasil gemilang yang tiada taranya, suatu keberhasilan yang memang wajar dan layak diperolehnya.

Dalam Perang Uhud, Mush'ab bin Umair adalah salah seorang pahlawan dan pembawa bendera perang. Ketika situasi mulai gawat karena kaum Muslimin melupakan perintah Nabi, maka ia mengacungkan bendera setinggi-tingginya dan bertakbir sekeras-kerasnya, lalu maju menyerang musuh. Targetnya, untuk menarik perhatian musuh kepadanya dan melupakan Rasulullah SAW. Dengan demikian ia membentuk barisan tentara dengan dirinya sendiri.

Tiba-tiba datang musuh bernama Ibnu Qumaiah dengan menunggang kuda, lalu menebas tangan Mush'ab hingga putus, sementara Mush'ab meneriakkan, "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul."

Maka Mush'ab memegang bendera dengan tangan kirinya sambil membungkuk melindunginya. Musuh pun menebas tangan kirinya itu hingga putus pula. Mush'ab membungkuk ke arah bendera, lalu dengan kedua pangkal lengan meraihnya ke dada sambil berucap, "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul."

Lalu orang berkuda itu menyerangnya ketiga kali dengan tombak, dan menusukkannya hingga tombak itu pun patah. Mush'ab pun gugur, dan bendera jatuh. Ia gugur sebagai bintang dan mahkota para syuhada.

Rasulullah bersama para sahabat datang meninjau medan pertempuran untuk menyampaikan perpisahan kepada para syuhada. Ketika sampai di tempat terbaringnya jasad Mush'ab, bercucuranlah dengan deras air matanya.

Tak sehelai pun kain untuk menutupi jasadnya selain sehelai burdah. Andai ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua belah kakinya. Sebaliknya bila ditutupkan di kakinya, terbukalah kepalanya. Maka Rasulullah SAW bersabda, "Tutupkanlah ke bagian kepalanya, dan kakinya tutuplah dengan rumput idzkhir!"

Kemudian sambil memandangi burdah yang digunakan untuk kain penutup itu, Rasulullah berkata, "Ketika di Makkah dulu, tak seorang pun aku lihat yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya daripadanya. Tetapi sekarang ini, dengan rambutmu yang kusut masai, hanya dibalut sehelai burdah."

Setelah melayangkan pandang, ke arah medan laga serta para syuhada, kawan-kawan Mush'ab yang tergeletak di atasnya, Rasulullah berseru, "Sungguh, Rasulullah akan menjadi saksi nanti di hari kiamat, bahwa kalian semua adalah syuhada di sisi Allah!"

Kemudian sambil berpaling ke arah sahabat yang masih hidup, Rasulullah bersabda, "Hai manusia, berziarahlah dan berkunjunglah kepada mereka, serta ucapkanlah salam! Demi Allah yang menguasai nyawaku, tak seorang Muslim pun sampai hari kiamat yang memberi salam kepada mereka, pasti mereka akan membalasnya."





Penulis  : Lazuardi Ardhany
Sumber : 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni